Powered By Blogger

Jumat, 06 Januari 2012

pengembangan instrumen asesmen pembelajaran membaca cerpen sma


PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PEMBELAJARAN MEMBACA CERPEN SMA/MA

Ary Fawzi
Universitas Negeri Malang

ABSTRAK: Instrumen asesmen pembelajaran membaca cerpen memiliki peran yang sangat penting dalam pembelajaran membaca cerpen karena instrumen asesmen yang digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar siswa. Banyak sekali instrumen asesmen yang bisa digunakan di dalam pembelajaran membaca cerpen, antara lain: tes objektif, tes subjektif, jurnal, hasil kinerja siswa, dan sebagainya. Tetapi pada kenyataannya, hanya tes objektif atau subjektif saja yang digunakan di pembelajaran membaca cerpen. Selain itu, tes objektif atau subjektif yang digunakan juga masih pada taraf tes pemahaman, sedangkan tes untuk tingkat apresiasi masih sedikit sekali. Berdasarkan beberapa masalah tersebut, maka dilakukanlah pengembangan isntrumen asesmen pembelajaran membaca cerpen dengan tujuan untuk memaksimalkan pembelajaran membaca cerpen ke arah apresiasi sastra yang lebih baik, terutama cerpen.

Kata kunci: instrumen asesmen, pembelajaran membaca cerpen

Asesmen di dalam sebuah pembelajaran sangatlah penting. Setiap jenis keterampilan yang diajarkan di dalam pembelajaran memerlukan model asesmen yang berbeda satu dengan lain sesuai dengan porsi dan tujuannya masing-masing.  Oleh karena itu, pengembangan instrumen asesmen sangatlah penting agar terjadi penilaian otentik yang baik. Di Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Atas (2007:260) disebutkan bahwa asesmen pembelajaran bahasa Indonesia yang terdapat dalam kurikulum 2004 terbagi menjadi empat macam asesmen keterampilan, yakni asesmen keterampilan menyimak, asesmen keterampilan berbicara, asesmen keterampilan membaca, dan asesmen keterampilan menulis. Asesmen keterampilan membaca terbagi menjadi dua aspek, yaitu asesmen keterampilan membaca sastra dan asesmen keterampilan membaca nonsastra. Asesmen pembelajaran membaca sastra ini selanjutnya terbagi menjadi tiga jenjang, mulai dari jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan juga sekolahan setingkat SMA/MA yang berbentuk SMK.
Instrumen asesmen adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan informasi tentang peserta didik, berkenaan dengan apa yang mereka ketahui dan apa yang mereka dapat lakukan. Instrumen asesmen yang digunakan untuk melakukan asesmen pembelajaran membaca cerpen bisa berbagai macam instrumen, antara lain tes objektif, tes subjektif, unjuk kerja, produk, laporan, performansi, dan sebagainya. Tetapi instrumen-instrumen asesmen yang dikembangkan di dalam penelitian ini adalah tes tulis (subjektif) dan produk laporan hasil analisis membaca cerpen.
Pengembangan instrumen asesmen pembelajaran membaca cerpen ini dikembangkan dengan berbagai pertimbangan. Salah satunya adalah cerpen-cerpen di Indonesia sangat beragam dan perkembangannya cukup baik, tetapi contoh-contoh karya sastra yang digunakan sebagai bahan untuk melakukan asesmen pembelajaran membaca cerpen terlalu monoton. Selain itu, keinginan untuk mengajak para siswa untuk mengenal lebih jauh tentang sastra Indonesia serta agar mereka lebih mencintai kara sastra Indonesia, terutama cerpen.
Arah pembelajaran membaca cerpen yang dimaksud di dalam pembelajaran membaca cerpen ini adalah untuk pembelajaran memabaca cerpen untuk apresiasi sastra. Dengan apresiasi, siswa tidak hanya diharap mampu memahami karya sastra yang dibaca, tetapi diharapkan bisa membuat sebuah karya untuk lebih menghargai karya sastra yang telah dibaca. Misalnya dengan membuat karya tulis berupa makalah tentang cerpen yang telah dibaca.
Selama ini, asesmen dalam pembelajaran sastra masih terbatas pada tes objektif pada ulangan harian maupun ulangan semester. Aspek-aspek yang dinilai pun masih dalam taraf pengetahuan siswa saja. Asesmen dalam pembelajaran sastra hendaknya menekankan pada sisi apresiasi siswa terhadap karya sastra. Oleh karena itu, perlu dikembangkan bentuk-bentuk asesmen yang tepat sasaran dengan memperhatikan tingkatan apresiasi siswa.
Rumusan masalah yang digunakan di dalam pengembangan ini ada dua, yakni rumusan masalah secara umum dan rumusan masalah secara khusus. Rumusan masalah secara umum dari pengembangan ini adalah bagaimanakah tes subjektif pembelajaran membaca cerpen SMA/MA dan bagaimanakah penilaian produk laporan membaca cerpen SMA/MA.
Produk hasil pengembangan instrumen asesmen ini ada dua KD, yakni KD 7.2 kelas X dan KD 7.2 kelas XII IPA dan IPS. Setiap KD menghasilkan seperangkat instrumen asesmen. Keterbatasan yang terdapat pada penelitian ini adalah instrumen asesmen yang untuk kelas XII  tidak diujicobakan pada kelas XII, tetapi diujicobakan pada kelas XI karena kelas XII sudah lulus.

METODE
Metode pengembangan yang digunakan pada pengembangan ini adalah metode pengembangan yang diuraikan oleh Djaali dan Pudji Mulyono (Djaali dan Pudji Mulyono, 2004: 81-85). Langkah-langkah pengembangan instrumen asesmen secara menurut Djaali dan Pudji Mulyono diuraikan sebagai beikut.
1)      Berdasarkan sintesis dari teori-teori yang dikaji tentang suatu konsep dari variabel yang hendak diukur, kemudian dirumuskan konstruk dari variabel tersebut.
2)      Berdasarkan konstruk tersebut dikembangkan dimensi dan indikator variabel yang hendak diukur, yang sesungguhnya telah tertuang secara eksplisit pada rumusan konstruk variabel pada langkah 1.
3)      Membuat kisi-kisi instrumen dalam bentuk tabel spesifikasi yang memuat dimensi, indikator, nomor butir dan jumlah butir untuk setiap dimensi indikator.
4)      Menetapkan besaran atau parameter yang bergerak dalam suatu rentangan kontinum dari suatu kutub ke kutub lain yang berlawanan, misalnya dari rendah ke tinggi, dari negatif ke positif, dan sebagainya.
5)      Menulis butir-butir instrumen yang dapat berbentuk pernyataan atau pertanyaan.
6)      Butir-butir yang telah ditulis merupakan konsep instrumen yang harus melalui proses validasi, baik validasi teoretik maupun validasi empirik.
7)      Tahap validasi pertama yang ditempuh adalah validasi teoretik, yaitu melalui pemeriksaan pakar atau melalui panel yang pada dasarnya menelaah seberapa jauh dimensi merupakan jabaran yang tepat dari konstruk, seberapa jauh indikator merupakan jabaran yang tepat dari dimensi, dan seberapa jauh butir-butir instrumen yang dibuat secara tepat dapat mengukur indikator.
8)      Revisi atau perbaikan berdasarkan saran dari pakar atau berdasarkan hasil panel.
9)      Setelah konsep instrumen dianggap valid secara teoretik atau secara konseptual, dilakukanlah pengadaan instrumen secara terbatas untuk keperluan uji coba.
10)  Uji coba instrumen di lapangan merupakan bagian dari proses validasi empirik. Melalui uji coba tersebut, instrumen diberikan kepada sejumlah responden sebagai sampel uji coba yang mempunyai karakteristik sama atau ekivalen dengan karakteristik populasi penelitian.
11)  Pengujian validitas empiris dilakukan dengan menggunakan kriteria baik kriteria internal maupun kriteria eksternal.
12)  Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh kesimpulan mengenai valid atau tidaknya sebuah butir atau sebuah perangkat instrumen.
13)  Untuk kriteria internal atau validitas internal, berdasarkan hasil analisis butir maka butir-butir yang tidak valid dikeluarkan atau diperbaiki untuk diuji coba ulang, sedangkan butir-butir yang valid dirakit kembali menjadi sebuah perangkat instrumen untuk melihat kembali validitas kontennya berdasarkan kisi-kisi.
14)    Selanjutnya dihitung koefisien reliabilitas.
15)    Perakitan butir-butir instrumen yang valid untuk dijadikan instrumen final.
Prosedur pengembangan instrumen asesmen terdiri dari empat tahap, yakni (1) perencanaan, (2) pengembangan, (3) evaluasi, (4) revisi. Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah (1) melakukan analisis kekurangan dan kelebihan instrumen asesmen guru, (2) menetapkan tujuan tes, (3) melakukan analisis kurikulum, dan (4) membuat tabel  rancangan produk (KD, Indikator, dan rencana penilaian).
Tahap kedua setelah perencanaan adalah tahap pengembangan. Tahap pengembangan dilakukan dengan cara (1) analisis bahan atau materi yang akan digunakan dalam tes, (2) membuat kisi-kisi tes,  (3) merancang draf awal instrumen asesmen membaca cerpen sesuai RPP untuk dikonsultasikan kepada pembimbing, (4) menyempurnakan draf instrumen asesmen membaca cerpen untuk uji coba ahli, dan (5) mengembangkan instrumen asesmen pembelajaran membaca cerpen yang terdiri dari dua produk dari dua KD, yakni KD membaca cerpen kelas X dan kelas XII.
Validasi ini dilakukan setelah produk awal selesai dibuat. Validasi oleh kelompok ahli dilakukan oleh dosen bahasa Indonesia di Universitas Negeri Malang. Validasi dilakukan oleh kelompok guru mata pelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Talun. Revisi dilakukan setelah tahap validasi dan uji coba produk. Revisi produk RPP dan instrumen asesmen dilakukan untuk menghasilkan produk akhir yang siap digunakan.
Produk pengembangan model asesmen yang dihasilkan dilakukan uji coba, dengan tujuan untuk mengukur validitas, reliabilitas, keterterapan dan nilai tambahnya. Desain uji coba produk dilakukan untuk mengukur tingkat kelayakan instrumen asesmen yang dikembangkan. Desain uji joba untuk kelas X dan kelas XII dilakukan seperti halnya siswa sedang ulangan KD yakni siswa mengerjakan semua prosedur  yang terdiri dari dua tahap. Tahap pertama mengerjakan tes tulis dan tahap kedua siswa membuat laporan hasil analisis cerpen berupa makalah sederhana berdasarkan cerpen yang telah disediakan oleh peneliti.

HASIL
Instrumen asesmen pembelajaran membaca cerpen adalah produk utama dari pengembangan ini. Produk yang dikembangkan terdiri dari dua KD, yakni KD 7.2 pada kelas X dan KD 7.2 pada kelas XII prodi IPA dan IPS. Selanjutnya produk ini diujicobakan kepada (1) ahli instrumen asesmen, (2) ahli pembelajaran sastra, (3) praktisi (guru bahasa Indonesia), dan (4) kelompok kecil siswa.
Alat penilaian instrumen asesmen berupa pedoman penilaian kelayakan instrumen asesmen. Pedoman penilaian kelayakan instrumen asesmen menghasilkan data non verbal yang berupa skor. Selain pedoman penilaian kelayakan instrumen asesmen, digunakan juga catatan yang menghasilkan data non verbal yang berupa saran- saran perbaikan. Sedangkan pedoman wawancara menghasilkan data verbal yang berupa masukan atau saran-saran perbaikan dan komentar terhadap produk. Adapun kriteria penyekoran uji coba kelayakan sebagai berikut.
1)      Jika uji kelayakan RPP mencapai tingkat presentase 85%-100%, RPP tergolong layak dan siap diimplementasikan.
2)      Jika uji kelayakan RPP mencapai tingkat presentase 75%-84%, RPP tergolong layak dan siap diimplementasikan.
3)      Jika uji kelayakan RPP mencapai tingkat presentase 55%-74%, RPP tergolong cukup layak dan perlu direvisi.
4)      Jika uji kelayakan RPP mencapai tingkat presentase kurang dari 54%, RPP tergolong tidak layak dan harus direvisi.
Uji coba ini digunakan untuk mengetahui validitas konstruk, validitas isi, keterterapan, keterbacaan, dan kepraktisan instrumen asesmen yang dikembangkan, yakni tes subjektif dan rubrik penilaian laporan hasil analisis membaca cerpen.
Rata-rata skor yang diperoleh dari hasil uji kelayakan tes subjektif kelas X dan kelas XII untuk setiap aspeknya yaitu, rata-rata skor validitas konstruk tes subjektif adalah tiga (75%), rata-rata skor validitas isi tes subjektif adalah 3,44 (85,94%), rata-rata skor keterterapan tes subjektif adalah tiga (75%), rata-rata skor keterbacaan tes subjektif adalah 3,7 (92,5%), dan rata-rata skor kepraktisan tes subjektif adalah 3,75 (93,75%).
Rata-rata skor yang diperoleh dari hasil uji kelayakan rubrik penilaian laporan hasil analisis membaca cerpen kelas X dan kelas XII untuk setiap aspeknya yaitu, rata-rata skor validitas konstruk rubrik penilaian laporan hasil analisis membaca cerpen adalah 3,5 (87,5%), rata-rata skor validitas isi rubrik penilaian laporan hasil analisis membaca cerpen adalah 3,33 (83,33%), rata-rata skor keterterapan rubrik penilaian laporan hasil analisis membaca cerpen adalah tiga (75%), rata-rata skor keterbacaan rubrik penilaian laporan hasil analisis membaca cerpen adalah 3,75 (93,75%), dan rata-rata skor kepraktisan rubrik penilaian laporan hasil analisis membaca cerpen adalah 3,92 (97,92%).



PEMBAHASAN
Data yang diperoleh dari hasil uji coba instrumen asesmen dengan ahli dan praktisi tidak hanya berupa data skor dari angket rubrik kelayakan produk, tetapi juga diperoleh data tertulis pada kolom catatan dan data verbal yang ditranskripsikan dari hasil wawancara dengan ahli dan praktisi. Catatan dan data verbal yang diperoleh dari ahli terkait validitas konstruk, validitas isi, keterterapan, keterbacaan, dan kepraktisan instrumen asesmen yang dikembangkan, yakni tes subjektif dan rubrik penilaian laporan hasil analisis membaca cerpen.
Data tertulis pada kolom catatan dan data verbal yang ditranskripsikan dari hasil wawancara dengan ahli dan praktisi pada uji coba validitas konstruk tes subjektif kelas X dan kelas XII adalah soal tes subjektif antara kelas X dan kelas XII seharusnya berbeda karena tuntutan dari SK dan KD berbeda. KD dari kelas X hanya menuntut siswa mendeskripsikan unsur intrinsik cerpen atau hanya pada tahap pertanyaan “Apa”, sedangkan pada KD kelas XII menuntut siswa untuk memberikan analisis terhadap unsur intrinsik yang ditemukan atau sampai pada pertanyaan “Bagaimana”.
Data tertulis pada kolom catatan dan data verbal yang ditranskripsikan dari hasil wawancara dengan ahli dan praktisi pada uji coba validitas isi tes subjektif kelas X dan kelas XII adalah kriteria pada pedoman penyekoran kurang detail karena variabel kemungkinan jawaban kurang lengkap dan pemberian bobot pada setiap butir jawaban dari setiap soal belum ada.
Data tertulis pada kolom catatan dan data verbal yang ditranskripsikan dari hasil wawancara dengan ahli dan praktisi pada uji coba keterbacaan tes subjektif kelas X adalah bahasa yang digunakan pada soal masih sulit dipahami siswa, utamanya pada soal nomor 3, 6, dan 7. Hal ini menyebabkan siswa sulit menjawab soal dengan tepat dan adanya berbagai macam jawaban dari siswa yang tidak sesuai dengan maksud dari soal.
Data tertulis pada kolom catatan dan data verbal yang ditranskripsikan dari hasil wawancara dengan ahli dan praktisi pada uji coba keterbacaan tes subjektif kelas XII adalah ada beberapa soal yang membingungkan siswa dalam memahami maksud dari soal, sehingga siswa kesulitan menjawab soal, misalnya soal nomor 5, 6, dan 8.
Pada uji coba keterterapan dan kepraktisan tes subjektif yang dikembangkan tidak didapatkan data tertulis pada kolom catatan atau data verbal yang ditranskripsikan dari hasil wawancara dengan ahli dan praktisi karena menurut ahli dan praktisi dari segi keterterapan dan kepraktisan tes subjektif yang dikembangkan sudah tidak ada masalah dan sudah baik.
Data tertulis pada kolom catatan dan data verbal yang ditranskripsikan dari hasil wawancara dengan ahli dan praktisi pada uji coba validitas isi rubrik penilaian laporan hasil analisis membaca kelas X dan kelas XII adalah indikator laporan semestinya disamakan redaksinya dengan indikator soal (disajikan kutipan cerpen, siswa dapat menyusun laporan yang berisi analisis tema cerpen ..... dan seterusnya).
Pada uji coba validitas konstruk, keterterapan, keterbacaan, dan kepraktisan rubrik penilaian laporan hasil analisis membaca cerpen yang dikembangkan tidak didapatkan data tertulis pada kolom catatan atau data verbal yang ditranskripsikan dari hasil wawancara dengan ahli dan praktisi karena menurut ahli dan praktisi dari segi validitas konstruk, keterterapan, keterbacaan, dan kepraktisan rubrik penilaian laporan hasil analisis membaca cerpen yang dikembangkan sudah tidak ada masalah dan sudah baik.

PENUTUP
Kesimpulan
Bertolak dari temuan uji coba dan pembahasan hasil uji validitas konstruk, validitas isi, keterterapan, keterbacaan, dan kepraktisan tes subjektif kelas X dan kelas XII telah dilakukan perbaikan pada aspek validitas konstruk, validitas isi, dan keterbacaan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tes subjektif yang dikembangkan telah memenuhi syarat validitas konstruk, validitas isi, keterterapan, keterbacaan, dan kepraktisan, dan sudah layak untuk diimplementasikan di pembelajaran membaca cerpen.
Bertolak dari temuan uji coba dan pembahasan hasil uji validitas konstruk, validitas isi, keterterapan, keterbacaan, dan kepraktisan rubrik penilaian laporan hasil analisis membaca cerpen kelas X dan kelas XII telah dilakukan perbaikan pada aspek validitas isi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa rubrik penilaian laporan hasil analisis membaca cerpen yang dikembangkan telah memenuhi syarat validitas konstruk, validitas isi, keterterapan, keterbacaan, dan kepraktisan, dan sudah layak untuk diimplementasikan di pembelajaran membaca cerpen.
Saran
Dalam kondisi yang terjadi di lapangan saat ini, evaluasi tentang pembelajaran membaca cerpen masih pada aspek pemahaman. Alat penilaian yang mampu mengajak siswa untuk tidak hanya memahami, tetapi juga mengapresiasi karya sastra masih sangat minim. Produk pengembangan instrumen asesmen pembelajaran membaca cerpen untuk siswa SMA dihasilkan untuk disampaikan kepada guru kolaborasi atau praktisi sebagai alternatif instrumen asesmen yang menuntut siswa tidak hanya memahami, tetapi juga mengapresiasi karya sastra yang berupa cerpen. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka saran yang diberikan sebagai beikut.
1)      Guru disarankan dapat menggunakan produk sebagai instrumen asesmen pembelajaran membaca cerpen yang dapat diterapkan dilapangan. Melalui pengenalan produk pengembangan instrumen asesmen, diharapkan evaluasi pembelajaran membaca cerpen akan lebih maksimal dan tidak hanya mengukur pemahaman siswa, tetapi juga apresiasi siswa terhadap karya sastra, terutama cerpen.
2)      Penulis instrumen asesmen disarankan untuk mengembangkan kriteria instrumen asesmen yang lebih detail dan lengkap karena kriteria penilaian adalah aspek yang penting dalam instrumen asesmen. Selain itu, dengan sempurnanya kriteria penilaian akan menjadikan instrumen asesmen lebih mudah digunakan dan mampu mengukur keberhasilan belajar siswa lebih baik.
3)      Produk pengembangan instrumen asesmen pembelajaran membaca cerpen ini dapat disebarluaskan melalui forum MGMP adalah cara yang positif.
4)      Dsarankan kepada peneliti lain agar menyusun pengembangan instrumen asesmen pada kompetensi membaca yang lain.
DAFTAR RUJUKAN
Ahmadi, Mukhsin. 1990. Strategi Belajar-Mengajar Keterampilan Berbahasa dan Apresiasi Sastra. Malang: YA3 Malang.
Amminuddin. 2004. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Andayani, Ruli. 2010. Pengembangan Bahan Ajar Menulis Cerpen dengan Strategi Pemodelan untuk Siswa SMA/MA Kelas X. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Fakultas Sastra Jurusan Sastra Indonesia.
Basuki, Imam Agus. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia. Malang: Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang.
Basuki, Imam Agus. 2009. Penilaian Keterampilan Berbahasa Indonesia. Malang: Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang.
Basuki, Imam Agus. 2008. Pengembangan Model Penilaian Sebaya untuk Meningkatkan Hasil Pembelajaran Menulis di SMP. Disertasi tidak diterbitkan. Malang: Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang.
Djaali, dan Pudji Mulyono. 2004. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Malang: Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang.
IKIPPGRISEMARANG .2009. Macam-macam Membaca, (Online), (http://memet-topeng-topeng.blogspot.com/2009/09/klein-dkk.html?zx=8d196047377a0e4c), diakses 09 Februari 2011
Jabrohim, C. A, dan Sumito A. S. 2001. Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Laodesyamri. 2010. Tujuan Membaca, (Online), (http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2060356-tujuan-membaca/), diakses 09 Februari 2011
Nurgiyantoro, B. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada Univercity Press.
Nurhadi. 2009. Dasar-dasar Teori Membaca. Malang: Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang.
Radityatama, Santika. 2010. Pengembangan Bahan Ajar Menulis Cerpen dengan Strategi Pembelajaran Kuantum untuk Siswa Kelas IX SMP. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Fakultas Sastra Jurusan Sastra Indonesia.
Saryono, Djoko. 1996/1997. Dasar-dasar Apresiasi Sastra. Malang: IKIP Malang.
Sayuti, S. 2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta: Gama Media.
Sumardjo, J. 2004. Seluk Beluk dan Petunjuk Menulis Cerita Pendek. Bandung: Pustaka Kaifah
Suroto. 1989. Teori dan Bimbingan Apresiasi Sastra Indonesia untuk SMU. Jakarta: Erlangga.
Unila, Mathedu. 2009. Pengertian Membaca, (Online), (http://mathedu-unila.blogspot.com/2009/10/pengertian-membaca.html), diakses 09 Februari 2011
Wiyatmi. 2006. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka.

1 komentar: